PERISTIWA PENTING SEBELUM LAHIRNYA SUMPAH PEMUDA
PERISTIWA PENTING SEBELUM LAHIRNYA SUMPAH PEMUDA
Penulis : Maryam Hidayah Masoodi (8I)
Penyunting: Mochammad Nurul Irtifak
Sumpah Pemuda merupakan salah satu momen bersejarah yang memainkan peran kunci dalam mempersatukan pemuda Indonesia. Sumpah ini diucapkan oleh pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, yang kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Perjalanan lahirnya Sumpah Pemuda berawal dari keprihatinan pemuda Indonesia akan sifat kedaerahan yang membuat kekuatan perjuangan mengusir penjajah terpecah-pecah. Akhirnya mereka merasa perlu untuk bersatu demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mengadakan Kongres Pemuda.
Kongres Pemuda II,
·
Ketua : Sugondo Djojopuspito (PPPI)
· Wakil Ketua : R.M.
Djoko Marsaid (Jong Java)
·
Sekretaris : Muhammad
Yamin (Jong Sumatranen Bond)
·
Bendahara : Amir
Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
·
Pembantu I : Johan
Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
·
Pembantu II : R.
Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
·
Pembantu III : R.C.L.
Sendoek (Jong Celebes)
·
Pembantu IV : Johannes
Leimena (Jong Ambon)
· Pembantu V : Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
Hasil rapat hari pertama di Katholikie
Jongenlingen Bond
Pada
malam hari, ketua Kogres Pemuda II, Sugondo Djojopuspito, menyampaikan pesan
dalam sambutannya, “Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu.”
Selain
ketua kongres, Muhammad Yamin, juga menyampaikan pendapatnya, bahwa ada 5
faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu (1) sejarah, (2) bahasa,
(3) hukum adat, (4) pendidikan, dan (5) kemauan.
Hasil rapat hari kedua di Oost
Java Bioscoop dan Gedung Indonesische Clubgebouw
Pada 28 Oktober 1928, pertemuan
diadakan dua kali, pagi hari dan sore hari. Pada 08.00-12.00 WIB, di Oost Java
Bioscoop, pertemuan membahas masalah pendidikan. KI Hajar Dewantara, Nona Poernomowoelan,
dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat
bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan
antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara
demokratis. Sedangkan pada 17.30-23.30 WIB, di Gedung Indonesische
Clubgebouw, pertemuan membahas tentang pentingnya pendidikan kepanduan
(Pramuka). Theo Pangemanan, anggota INPO (Kepanduan Indonesie Padvinders
Organisatie), mengemukakan pendapat bahwa Pramuka tanpa semangat kebangsaan,
bukanlah Pramuka, karena pandu sejati adalah pandu berdasarkan semangat kebangsaan
dan cinta tanah air.
Menjelang akhir kongres, Muhammad Yamin, menyodorkan secarik kertas kepada ketuan kongres, dan berbisik dengan bahasa Belanda, “Ik heb een elganter formuleren voor de resolutie” (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini). Sugondo Djojopuspito yang membacanya langsung memberikan paraf sebagai tanda setuju, diikuti oleh seluruh anggota kongres. Selanjutnya, Muhammad Yamin menjelaskan panjang lebar makna di balik usulan tersebut. Usulan Muhammad Yamin inilah yang kemudian disepakati sebagai Ikrar Sumpah Pemuda; 1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, 2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, 3) Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebelum Kongres Pemuda II ditutup, Wage Rudolf/ W.R Supratman, meminta izin kepada ketua panitia kongres untuk memperbolehkannya memainkan gubahan lagu ciptaannya, “Indonesia Raya.” Namun, pada pertemuan itu, hanya dilantunkan biola saja untuk menghindari konflik dengan penjajah kala itu. Lantunan biola ini, kemudian disambut antusias oleh seluruh peserta kongres dan semua menginginkannya kelak sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia Merdeka.
Sumber:
·
Abdul Rahman dkk. 2008. Sumpah Pemuda, Latar
dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.
· https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/sejarah-sumpah-pemuda/
Komentar
Posting Komentar